Saleum Teuka Syedara

Belajar Dakwah Bersama Dai Muda

Jumat, 30 September 2011

ISI KHUTBAH HARI INI

Jamaah jumat rahimakumullah!
Muslim yang baik adalah muslim yang dalam hidupnya mempunyai prinsip. Karena dengan prinsip itulah kita akan bertahan hidup di masyarakat. Orang yang yang tidak memiliki prinsip, maka hidupnya akan mudah di asam garamin orang, akan mudah di ombang-ambingkan orang. 
Jadi dosen, jadilah dosen yang memiliki prinsip. Jadi direktur, jadilah direktur yang mempunyai filter. Jadi mahasiswa, mahasiswa yang memiliki filter. Ketika prinsip alias filter sudah kita kuatkan dalam jiwa, maka hidup akan tenang, damai, tentram. Di maki atau tidak di maki, di caci atau tidak di caci hidup tetap pada prinsipnya. 
Emas itu memang kuning, tapi apakah semua yang kuning itu emas? belum tentu. Boleh berprinsip dan berkeyakinan bahwa emas itu kuning tapi belum tentu semua yang kuning itu emas. Kita mau pilih minyak unta cap babi atau minyak babi cap unta??? Di ketika kita salah pilih alias tidak memiliki prinsip maka akan terkecoh oleh tampilan luar. Jika kita memilih minyak babi cap unta maka kita hanya melihat tampilan luar. Jangan pernah menilai seseorang dari tampilan luar. Karena luar akan bisa menipu. Rasul bersabda:"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu, tidak melihat tampilanmu. Tetapi Allah SWT melihat hatimu (Qalb)". 
Jamaah jumat rahimakumullah!
Minimal kita bisa memilih minyak unta cap babi. Walaupun orangnya miskin, hitam, tetapi ingat boleh jadi hatinya (Qalb) putih. Oleh karenanya prinsip dan filter yang kuat sangat dianjurkan dalam Islam. Lukmanul Hakim mengatakan kepada anaknya:" Wahai anakku, Orang yang hidup tidak memiliki prinsip akan mudah di asam garamin orang". Iya Ayah? Tetapi saya kurang percaya!. Kalau kamu tidak percaya ayo kita jalan. 
Jamaah jumat rahimakumullah!
Kemudian lukman dan anaknya pun pergi sambil menuntun seekor keledai. Tiba-tiba datang satu rombongan orang dan mengatakan: " Dasar ayah ama anak sama-sama goblok! keledai punya tapi gak dinaikin malah dituntun. Anakku, sekali kita di caci. Sekarang bapak yang naik ke atas keledai dan kamu yang nuntun. Datang satu rombongan lagi dan mengatakan:" Dasar orang tua gak tau diri, dia enak-enak saja naik keledai tapi anaknya suruh nuntun". Anakku, dua kali kita di caci orang. Sekarang Kamu yang naik ayah yang nuntun. Tiba-tiba datang satu rombongan lagi dan mengatakan:" Dasar anak durhaka, dia enak-enak di atas keledai tapi bapaknya suruh nuntun". Anakku, tiga kali kita di caci orang. Sekarang ayo kita naik dua-dua. Jumpa lagi ama rombongan lain dan mengatakan:" Dasar orang tua gak punya sifat prikebinatangan, udah tau keledai kecil dinaikin dua-dua lagi"> Anakku, emapta kali kita di caci orang. 
Inilah gambaran orang yang dalam hidupnya kagak punya prinsip. Prinsip seorang muslim adalah aqidah yang kuat. Surah al-Ikhlas adalah dasar prinsip seorang muslim. 
Oleh karena itu, khatib mengajak diri pribadi dan jamaah sekalian untuk menjadikan prinsip (aqidah) sebagai landasan untuk membentengi cacian dan makian orang-orang terhadap kita. SELAMAT BERJUANG! MA'AN NAJAH!

Sabtu, 24 September 2011

Masih Romantis Sang Da'i Kondang

On sireen meugulong-gulong
On keurusong meuputa-puta
Meunyoe adek galak keu loen
Tapreh bak jurong lon woe sikula

Tajak u laot ta kawee bileh
Tasok bak pureh tapandang mata
Abang disinoe adek disideh
Pajan keuh ta eh saboh bantai dua

Ie krueng blang kulam rhet cukop manyang
Urueng jak keunan dum jak meu tamasya
Alah hi cut adek dara kon han loen jak pinang
Tapi meuh si manyam hana beulanja....

Aneuk tiong di cong bak kirong
Ticem beuraghoe jeut peugah haba
Ulon jioh hinoe diranto
Hajat lonjak woe jak kalon dara...

 + Peue kapai nyoe...?
- Kapai Inggreh !

+ Peue jipeudieng...?
- Hate tapeh !

+ Di ateueh nyan...?
- Cawan pingan !

+ Di ateueh nyan...?
- Ija puteh !

+ Di ateueh nyan...?
- Tong keumunyan !

+ Di ateueh nyan...?
- Manok puteh !

+ Ci ku'uek sigo !
- Teukeu'uek'uek


Jak u pasie jak kawe bing
ka lheh ku peusing ku peuduk lam raga
yang juoh ka sabee lon nging
ek lalat bang ming ka lheh ku tanda

Jumat, 23 September 2011

Romantis sang calon Da'i Kondang

Ya Rabb...
Dengarkanlah permintaan hamba..

Ya Rabb,
Hanya engkau dan RasulMu,,
Berhak di puja,,
Engkau telah ciptakan manusia,,
Berpasang-pasang,,
Laki dan perempuan,,

Ya Rabb,,
Engkau telah ciptakan makhlukMu
Pria dan Wanita,,
Lanang dan Wedok,,
Akhi dan Ukhty

Ya Rabb,,
Beribu-ribu bintang di langit,,
Hanya satu yang paling Indah,,
Beribu-ribu wanita di dunia,,
Hanya satu yang akan ku pinang (ehheh)

Ya Rabb,,
Berilah tangguh kepadaku,,
Panjangkan umurku,,
Sehatkan badanku,,
Kabulkanlah cita-citaku,,
Maka, aku akan meminangnya,,,

Ya Rabb,,
Inilah harapanku,,
Semoga keyakinanku,,
Meminangnya kan jadi kenyataan,,,

by: Adnan Yahya

Aneka PANTUN


Pantun
Jambu merah
di dinding
Jangan marah
just kidding
Kalau punya gigi ompong
cepat cepat ke dokter gigi
kalau jadi anak sombong
pasti nanti jadi rugi.

jalan-jalan ke pinggir empang
nemu sendok di pinggir empang
hati siapa tak bimbang
saya botak minta dikepang
Buah kedondong
Buah atep
Dulu bencong
sekarang tetepp
Buah semangka buah duren
Nggak nyangka gue keren
Buah semangka buah manggis
Nggak nyangka gue manis
Buah apel
di air payau
Nggak level
layauuuuuuu…..
Disini bingung, Disana linglung
mangnya enak, engga nyambung….
Buah semangka berdaun sirih
Buah ajaib kali yah
Jambu merah di dinding
Jangan marah just kidding
Jauh di mata,dekat dihati
Jauh di hati,dekat dimata
Jauh-dekat tujuh ratus perak
Men sana
in corpore sano
Gue maen kesana,
Elo maen ke sono!
Disana gunung, disini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung
Kenapa ada bunga melati
mancing ikan di kolam tetangga
manjat jambu di pohon tetangga
sungguh enak punya tetangga
maen-maen ke rumah tetangga yok !!!
1,2,3, dan 4
lebaran makan ketupat
5, 6, 7, dan 8
ngggg …, 9, 10, 11, 12 …
pantunnya udah lupa tuh… :p .
satu, dua, tiga,
empat, lima, enam,
tujuh, delapan, sembilan
hebat udah bisa ngitung
buah kedondong, buah tomat
elu bodong amat
bunga melati bunga mawar
bunga mawar bunga melati
aduh, pantun norak sekali …
buah duren di pohon beringin
resek banget tuch duren …
ayam kurus bulunya banyak
rugi banget yang beli…








Anak muda belum berakal
Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi
Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu
Anak sepat baru berenang
Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh
Dapat udang bawa berlayar
Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur
Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang
Badak tenuk namanya hewan
Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta
Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur
Anak musang disalak anjing
Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk
Buah nangka dari seberang
Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka
Diam-diam orang beramu
Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa
Masak labu di tengah ladang
Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur
Masak durian tercium bau
Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis
Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati
Mengapa orang pergi menjala
Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum
Mengapa tanah menjadi debu
Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan
Naik turun membawa padi
Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila
Naik turun membawa parang
Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar
Satu-satu membawa sayur
Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang
Sisik bukan sebarang sisik
Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila
Sisik bukan sebarang sisik
Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah
Siang malam orang menari
Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan
Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar
Tebanglah kayu sebatang dua
Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek
Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu
Batang pepaya berputik belum
Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung


Agustus 3, 2008
Ulam bukan sebarang ulam
Ulamnya dibawa anak penggalas
Demam bukan sebarang demam
Demam cinta tidak terbalas
Tabunglah gendang bunyi bertalu
Orang bersorak gegap gempita
Sungguh malang nasib diriku
Cinta ditolak harapan hampa
Tujuh hari dalam seminggu
Budak duduk membelah rotan
Tubuhku lesu memendam rindu
Awak bertepuk sebelah tangan
Ampas kelapa dibuang orang
Jatuh ke sungai dimakan ikan
Lemas anggota remuklah tulang
Kasih tak sampai binasa badan
Buah seminai biji berkilat
Dibuat minyak rasa perisa
Sudah ku ungkai tali pengikat
Adik menolak apalah daya
Dapat itik baru bertelur
Hendak digulai tak sampai hati
Teringat adik hatiku hancur
Kasih tak sampai kubawa mati
Buah perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas
Buah durian berduri-duri
Bila masak tentulah gugur
Sudah berbulan kunanti-nanti
Adik mengelak hatiku hancur
Bukan palu sebarang palu
Palu gada bertali rantai
Bukan pilu sebarang pilu
Pilu karena kasih tak sampai
Cukup sudah orang berlayar
Tetapi kolek tak mau laju
Cukup sudah abang bersabar
Tetapi adik tak mau tahu
Gugur buah di pagi hari
Ada masak ada yang muda
Hancur sudah hatiku ini
Cinta ditolak begitu saja
Gugur melati dimakan kumbang
Layulah tangkai patah kelopak
Hancur hatiku bukan kepalang
Rindu tak sampai cinta ditolak
Bulan puasa bulan teruji
Orang beramai pergi ke surau
Badan sengsara memakan hati
Kasih tak sampai hatiku risau
Bagaimana nasi tidakkan putih
Beras ditumbuk diidang dulu
Bagaimana hati tidakkan sedih
Puas membujuk orang tak mau
Buluh perindu di Bukit Siguntang
Sejak dahulu berhujan panas
Tubuhku layu sakit telentang
Karena cintaku tiada berbalas
Diam-diam orang melukis
Membuat gambar anak peladang
Dalam diam abang menangis
Niat meminang ditolak orang
Beban berat kakipun goyang
Rasanya letih menggoyang lutut
Badan penat hati pun bimbang
Karena kasih tiada bersambut
Air hujan turun mencurah
Jatuh ke tanah terus ke laut
Binasa badan menahan gundah
Kasih kucurah tiada bersambut
Angin bertiup semakin kencang
Kapal berlayar dilanda badai
Ingin kuhidup bersama abang
Sayangnya kasih tiada sampai
Anak elang mati terkejut
Hilang campak ke dalampaya
Awaklah sayang hati terpaut
Orang menolak apalah daya
Bulan haji bulan mulia
Orang ke Mekah beramai-ramai
Bukan ku mati karena senjata
Sedang bercinta kasih tak sampai
Asap api nampak menjulang
Petang hari barulah reda
Hasrat hati hendak meminang
Orang tak sudi undurlah hamba
Banyaklah beruk makan cempedak
Memanjat kayu sepanjang hari
Hendak merajuk bukanlah budak
Penat merayu orang tak sudi
Asap api dari seberang
Dibawa angin ketengah laut
Hasrat hati memetik kembang
Rupanya kasih tiada bersambut
Asap api nampak bergumpal
Padang kering sudah menyala
Hasrat hati hendak berkenal
Orang berpaling apalah daya
Bagaimana orang takkan beramuk
Dusun dan desa dirusak musuh
Bagaimana abang takkan merajuk
Bertahun kupuja adik tak acuh
Bagaimana orang hendak menumbuk
Lesunya saja tidak berlalu
Bagaimana abang hendak memeluk
Dipandang saja adik tak mau
Batang nyiur di tepi kolam
Di sana bayan berdiam diri
Orang ditegur bermuka masam
Kasihku simpan di dalam saja
Belum duduk sudah berdiri
Manakan orang dapat bicara
Belum ditengok sudah lari
Manakah sempat kita bercinta
Buah cempedak jatuh berdebuk
Jatuh menimpa anak buaya
Sudah sejak aku membujuk
Dinda tak suka apalah daya
Palu bukan sembarang palu
Palu pusaka berpalut emas
Malu bukan sembarang malu
Malu cinta tidak berbalas


Agustus 3, 2008
Anak kera mencuri manggis
Matanya pedih kena jelatang
Awak tertawa hati menangis
Karena kekasih dibawa orang
Mabuklah orang dalam perahu
Ombak besar setinggi rumah
Mabuklah abang memendam rindu
Adik kudengar pergi menikah
Baik berburu di malam hari
Bersuluh bulan dengan bintang
Adik kucumbu di dalam mimpi
Tubuhmu sudah ditangan orang
Untuk apa orang ke hulu
Kalau klek sudah berlubang
Untuk apa hamba menunggu
Kalau adik sudah bertunang
Hari minggu jalan ke pasar
Disana belanja membeli udang
Hatiku pilu rasa terbakar
Bunga kupuja dipetik orang
Habislah buah pisang nangka
Pisang serawak tegak sebatang
Habislah tuah hilanglah muka
Pinangan awak ditolak orang
Fajar subuh sudahlah terbit
Tanda hari menjelang siang
Terbakar tubuh dadaku sakit
Adinda kini dipinang orang
Galah bukan sebarang galah
Galah orang pemanjat pinang
Salah bukan sebarang salah
Salah abang lambat meminang
Buluh cina berwarna kuning
Tegak lurus dengan kokohnya
Karena adik sudah berpaling
Badanku kurus menanggung duka
Sudahlah makan tidak berkuah
Nasi yang ada terasa kurang
Sudahlah badan tidak bertuah
Kekasih pula dilarikan orang
Bagaimana padi tidakkan basah
Pagi petang dilimbur pasang
Bagaimana hati tidakkan patah
Kekasih hilang direbut orang
Diam-diam orang berkayuh
Karena takut dikejar buaya
Saban malam abang mengeluh
Karena adik sudah berpunya
Jatuh bangkit orang berburu
Mengejar kijang kesana sini
Tubuhku sakit tulangpun ngilu
Mendengar abang sudah berbini
Jatuh tupai salah melompat
Bekejar naik ke batang pinang
Tubuhku lunglai patah semangat
Mendengar adik dipinang orang
Beras padi diindang orang
Supaya tahu mana antahnya
Belas hati memandang abang
Adik ditunggu sudah berpunya
Belilah aruan serta belanak
Dapat dipindang sesudah bersih
Hati menyetan dadaku bengkak
Melihat abang berpindah kasih
Bulan sabit diambang petang
Makin dipandang semakin indah
Sudah senasib abang yang malang
Hendak meminang adik lah nikah
Bulan sabit di langit tinggi
Sayup-sayup mata memandang
Sudahlah nasib celaka diri
Adik kucinta dipinang orang
Dari teluk berjalan pulang
Naik kerumah sudahlah senja
Hatiku remuk bukan kepakang
Adik tercinta sudah berpunya
Kemana lagi membawa ketupat
Bunga sekaki sudahlah layu
Kemana lagi adik bermanja
Kanda kunanti tak mahu tahu
Bulan haji bulan mulia
Besar kecik tiada terbilang
Rasakan mati badan sebelah
Mendengar adik dipinang orang
Batang nangka putik sejari
Rebah ke tanah lapuk terbuang
Abang menyangka adik sendiri
Rupanya sudah duduk bertunang
Bagaimana bunga kan jadi mekar
Kalaulah kumbang sudah menyeri
Bagaiman hamba memberi kabar
Kalaulah abang sudah beristeri
Benang ditenun berhari-hari
Lambat laun menjadi kain
Abang melamun gila menanti
Adik lah kawin ke orang lain
Beras bukan sebarang beras
Beras ditumbuk membuang antah
Panas bukan sebarang panas
Panas menengok abang menikah
Banyaklah upih dicari orang
Untuk pembungkus lempuk durian
Hendak kupilih kekasih orang
Mabuklah hamba duduk sendirian
Bangau bukan sembarang bangau
Bangau putih berparuh panjang
Risau bukan sembarang risau
Risau kekasih direbut orang
Jikalau kumbang sudah menyeri
Tentulah kelopaknya menjadi layu
Kalaulah abang sudah beristeri
Tentulah adik kan kuberi tahu
Apa guna kacang direndang
Bila masak direndam lagi
Apa guna abang meminang
Bila isteri sudah beranak
Batang pinang sudahlah patah
Tak lama lagi tentulah rubuh
Orang kusayang sudah menikah
Kemana lagi dagang berlubang
Alangkah elok naik perahu
Di sana mudah mencari angin
Abanglah bujuk adik tak mau
Rupanya ada janji yang lain
Bagaimana titi takkan terendam
Hujan lebat semelah hulu
Bagaimana kami takkan berdendam
Tuan lah dapat pasangan baru
Bagaimana kita hendak berhenti
Karena di jalan orang curiga
Bagaimana hamba hendak berjanji
Karena tuan memandang harta
Badik diasah berulang kali
Untuk berperang melawan musuh
Adik gelisah mengenang janji
Kutengok abang kian menjauh
Bagaimanalah kita hendak berunding
Orang berbantah setiap hari
Bagaimana hamba hendak disunting
Abanglah sudah beranak isteri
Bagaimana kita hendak melangkah
Tulang sendiri terasa goyang
Bagaimana hamba hendak menikah
Abang lah menjadi laki orang
Tali kecapi disebut orang
Bila dipetik bunyinya nyaring
Hati ku ini mabuk kepayang
Karena adik sudah berpaling
Bagaimana kita hendak berlayar
Ombak besar memecah tebing
Bagaimana hamba hendak bersabar
Kudengar abang sudah berpaling
Agustus 3, 2008
Kalau balik merendam selasih
Pantang merendam biji labuh
Kalaulah adik merendam kasih
Abangpun karam menahan rindu
Kalaulah labu dibawa bermain
Dimanakah sempat lagi dipetik
Kalau rindu pada yang lain
Dimanakan sempat bersua adik
Airlah dalam bertambah dalam
Hujan di hulu berlumlah teduh
Hatilah karam bertambah karam
Karam merindu orang yang jauh
Asap api orang berladang
Nampak dari kuala Siak
Tiap hari kutunggu abang
Sampai kini tiada nampak
Azan bukan sebarang pesan
Azan bilal suaranya merdu
Pesan bukan sebarang pesan
Pesan kutinggal tanda rindu
Dari subuh orang berburu
Banyak kijang dibawa balik
Dari jauh abang merindu
Hendak datang langkahku pendek
Bila menimbang putik pauh
Banyak getahnya tinggal melekat
Bila kukenang adik nan juah
Letak anggota pegallah urat
Dapat kolek pergi kejayuh
Air pasang berhenti dulu
Mengingat adik lah pergi jauh
Matilah abang menanggung rindu
Batang selasih sudah meranting
Lapuklah batang dahan pun layu
Orang kukasih sudah berpaling
Mabuklah dagang menahan rindu
Baik sungguh pergi berburu
Dapat pelanduk seekor dua
Adik jauh hatiku rindu
Penat duduk menanti berita
Baik Sungguh mencari kurai
Bulunya cantik untuk hiasan
Adiklah jauh hatiku risau
Rindukan adik terlupa makan
Baiklah naik ke gunung ledang
Disana banyak buluh perindu
Adik nan molek sanjungpun abang
Bila tak nampak hatiku rindu
Banyaklan itik turun ke kali
Mandi berenang jalan mendudu
Hendak kupetik bunga berduri
Matilah abang menahan rindu
Banyaklah ikan mabuk terapung
Karena terminum air tuba
Letaklah badan duduk termenung
Karena belum bertemu adinda
Biji nangka janga ditelan
Bia ditelan tentu tercekik
Hatiku duka putus harapan
Karena lama merindukan adik
Biji pauh ditanam orang
Sudah besar berbuah pula
Hati rusuh bukan kepalang
Habislah sabar memanti dinda
Buah kuini masak di batang
Pai hari banyak yang jatuh
Biar ku mati dalam membujang
Karena menanti adik yang jauh
Buah mentimun di tepi tasik
Habis busuk dimakan belalang
Sudah bertahun ku nanti adik
Hatiku remuk bukan kepalang
Buluh perindu dibuat suling
Bunyinya merdu mendayu-dayu
Menahan rindu badanku kering
Dinda tak mau mengambil tahu
Bukan perahu sebarang perahu
Perahu kolek tidakkan karam
Bukan rindu sebarang rindu
Rindu kan adik siang dan malam
Hari minggu orang berjalan
Membawa badik jadi senjata
Hatiku rindu bukan buatan
Kepada adik sebiji mata
Hendak berburu oarng dah pergi
Biarlah hamba duduk menunggu
Hendak bertemu dinda tak sudi
Biarlah hamba menanggung rindu
Dari pulau menjala ikan
Dapat pari dibuat pindang
Hati risau tiada tertahan
Mabuk menanti adik seorang
Buluh perindu buluh ternama
Banyak sudah disebut orang
Hatiku rindu sudahlah lama
Adik juga tak ingat abang
Buluh perindu diberi nama
Ditiup angin bergoyang-goyang
Hatiku rindu tiada terperi
Karena adinda lama tak datang
Sayang balam mati tercekik
Makan putik buah mengkudu
Siang malam kunanti adik
Badanku letih menahan rindu
Bunga kenanga kembang sekaki
Rupanya molek kelopak mekar
Sungguhlah lama abang menanti
Mengapa adik tak beri kabar
Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Karena tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang
Belilah baju serta selendang
Untuk dipakai ke helat jamu
Hatiku rindu kepada abang
Hajat sampai dapat bertemu
Alangkah sayu hati di dalam
Mendengar guruh dayu mendayu
Abang merayu siang dan malam
Gemetar tubuh menahan rindu
Buluh kasap beruas panjang
Sembilunya tajam bagaikan pisau
Tidur tak lelap makan tak kenyang
Mengenang kakanda jauh di rantau
Dari pulau menjala hiu
Pulang pergi orang berlayar
Hati risau menahan rindu
Abang pergia tiada kabar
Buah pauh di tepi ladang
Dimakan tupai menjadi busuk
Susah sungguh menanti abang
Badan terkulai hatiku remuk
Kalaulah batangnya dihimpit kayu
Mengapa kupandang tegak lurus
Kalaulah abang sakit merayu
Mengapa abang tak nampak kurus
Tentu batangnya tampak lurus
Karena kayunya sudah dibuang
Tentu abang tak nampak kurus
Kita bertemu sakitku hilang
Air pasang singgahlah dulu
Dapat berhenti di pulau karang
Hatiku bimbang bertambah pilu
Ingat kekasih dirantau orang
Air dangkal ikannya jinak
Ditangkap orang setiap hari
Hati mengkal dadapun kemak
Mengharap abang datang kemari
Kalau tak ada sagu bertampin
Mengapa rumbia ditebang orang
Kalau tak ada rindu ke lain
Mengapa lama abang tak datang
Air keruh bertambah keruh
Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang
Angin ribut bertambah ribut
Banyaklah kapal patah kemudi
Ingin diikut belumlah patut
Hendak ditinggal tak sampai hati
Bila lancang singgah di teluk
Sesudah timpas pasangpun datang
Apabila abang sudah menjenguk
Rindu ku lepas dadapun lapang
Batang menanti mati ditebang
Ditebang orang untuk perahu
Abang dinanti pagi dan petang
Hatiku bimbang bercampur pilu
Baji kayu pembelah tiang
Ditukul orang beramai-ramai
Hatiku rindu tiada kepalang
Karena abang lama tak sampai


Agustus 3, 2008
Penggal puan penggal selasih
Penggal puan di Johor lama
Buah hati tinggallah puan
Kanda pergi tidakkan lama
Buah pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Walau jatuh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan
Hanyut cawan dengan bakinya
Berperai-perai bunga selasih
Ayuhai badan apa jadinya
Hampir bercerai dengan kekasih
Air telaga terasa sejuk
Siapa kesana teruslah mandi
Kupandang muka membawa mabuk
Kudengar suara memutus hati


Agustus 3, 2008
Tanam melati di ruma-ruma
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita kita bersama
Satu kubur kita berdua
Ubur-ubur sampingan dua
Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai
Tanam melati bersusun tangkai
Tanam padi satu-persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu
Tanam padi satu-persatu
Anak lintah dalam dunia
Daging hancur menjadi satu
Tandanya cinta dalam dunia
Jika roboh kota Melaka
Papan di Jawa saya tegakkan
Jika sungguh Kanda berkata
Badan dan nyawa saya serahkan
Ikan dilaut asam di darat
Dalam kuali bertemu jua
Hati terpaut janji diikat
atas pelamin bertemu jua
Amat garang datuk Bentara
Musuh melanggar habis dibenam
Dulu seorang kini berdua
Hidup bersama susah dan senang
Dengarlah ini ayah berpesan
Anak menantu, ayah ingatkan
Berkasih saying sesame insan
Jangan cepat menjadi bosan
Dari Banten ke Tanjung kandis
Berlayar ditumbang angin utara
Lagi berhadapan mulutnya manis
Balik belakang lain bicara
Ambil puan dari Marinda
Pandan di Jawa saya rebahkan
Jika tuan membawa adinda
Badan dan nyawa saya serahkan
Ambil puan di atas batu
Hendak berlayar ke benua Jawa
Jika tuan berkata begitu
Esok hari Kakanda bawa
Anak belida memakan kanji
Pandan di Jawa diranggungkan
Jika Kakanda mungkirkan janji
Badan dan nyawa menanggungkan
Terang bulan terang ke paya
Raja Mesir bertenun kain
Tuan dipandang bertambah caya
Rasaku tidak pada yang lain
Aci-aci ke Bangkahulu
Seri padaku panglimanya
Jika kasih sabar dahulu
Nantikan saja ketikanya


Agustus 3, 2008
Berlari-lari ke dalam kebun
Dalam kebun adalah parak
Bernyanyi serupa pantun
Dalam pantun ada kehendak
Pohon beringin tengah negeri
Buah beribu di tangkainya
Ingin di bunga sunting nabi
Bolehkan kami memetiknya?
Suji-suji daun delima
Disuji anak sungai Bantan
Kalau sudi minta terima
Diharap jangan tuan lupakan
Patahlah sayap kembang Lelan
Patah ditimpa selaranya
Payahlah mata memandang bulan
Bulan pabila akan jatuhnya?
Darimana hendak kemana
Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?
Dari Jepang ke Bandar Cina
Singgah berlabuh di Singapura
Bunga yang kembang siapa punya
Kami beringin memetiknya
Mahal harganya kain batik
Dipakai selendang ke kuala
Jika bunga boleh dipetik
Dipersunting dijunjung di kepala
Air ditanam betung tumbuh
Diparang anak si gumanti
Kalau hati sama sungguh
Kering lautan kita nanti
Beringin di kampung pulau
Pautan ayam tedung gombak
Hati ingin memandang pulau
Biduk ada pengayuh tidak
Melenguh lembu di gunung
Lenguhannya sampai ke balai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai
Keladi air tumbuh di air
Minyak bijan di dalam cawan
Matahari sudahlah lahir
Bulan masih disaput awan
Datu perdana dengan penggawa
Menghadap baginda di hadapan puri
Patutlah tuan timbangan jiwa
Tempat kakanda menyimpan jiwa
Menghadap baginda di hadapan puri
Puri berdekat dengan balai
Tempat kakanda menyimpan diri
Di hati tidak dapat dinilai
Puri berdekat dengan balai
Singgasana berdinding kaca
Dihati tidak dapat dinilai
Bulan purnama terang cuaca
Singgasana berdinding kaca
Kaca biru buatan Cina
Bulan purnama terang cuaca
Sangat merayu dagang yang hina
Teruntum sedang berbunga
Retak buluh sampaian kain
Kalau untung tuan yang punya
Masakan lepas pada yang lain
Tetak buluh sampaian kain
Kain cela tepi bersuji
Masakan lepas pada yang lain
Jika sudah disitu janji
Kain cela tepi bersuji
Lalu sampaikan atas galah
jika sudah disitu janji
hajatpun lalu disampaikan Allah


Agustus 3, 2008
ikan hiu makan badak, i love u mendadak…
ikan paus makan pecel, i miss u girl…
dulu delman
sekarang dokar
dulu teman
sekarang pacar
buah mangga buah manggis
ternyata ada cewek maniez
buah manggis buah pepaya
cewek manis siapa yg punya
dihutan banyak lebah madu..
rasanya manis,disuka pemburu..
kamu adalah cintaku
dan aku amat sayang padamu..
kembang gula di perigi
untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu
meski hanya buah jambu
tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu
wahai seruling buluh perindu
suaranya memikatku
wahai gadis pujaanku
aku sangat cinta kamu
meski aku sudah kenyang
tetap harus minum jamu
perempuan yang ku sayang
bolehkah aku bertamu
Kelap kelip bintang bertaburan
hanya satu yg tampak terang
sungguh banyak pria pilihan
hanya kanda yg paling ku sayang
Kelap kelip bintang bertaburan
begitu indah bagai berlian
sungguh banyak pria menawan
hanya abang yg ku rindukan
Kelap kelip di tengah malam
ku lihat bintang sangat menawan
biar cinta banyak rintangan
ku jaga cinta dg kesetiaan
Kelap kelip bintang seribu
indah menawan di tengah malam
sunggu aku sedang merindu
rindu di hati yg terdalam
Kelap kelip bintang menari
indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali
Sayang selasih tidak berbunga
Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya
Di sana sini bunga pun kembang
Senanglah kumbang tinggal sendiri
Putuslah sudah kasih dan sayang
Jangan di harap dia kembali
Sungguh malangnya hidupmu bunga
Janganlah layu sebelum kembang
Tentulah diri akan merana
Karena bunga tiada berdaya
Bunga yang malang jaga dirimu
Jangan lah layu sebelum kembang
Pupuklah iman dalam hatimu
Kalau kau layu di buang orang.
Ukir-ukir lah si kayu jati
jadikanlah sebuah jambangan
Pikir-pikir sebelum terjadi
janganlah menyesal kemudian













Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Ada malangnya membeli kuda
Walaupun baik susah dikekang
Ada malangnya berbini janda
Walaupun cantik lah sisa orang
Susahlah hati anak merpati
Nampak kuda meminum darah
Susahlah hati hendak berlaki
Awaklah janda sebelum nikah
Anak kuda memakan dedak
Datang balam duduk berjaga
Awak duda gilakan talak
Siang malam mengintai janda
Ada untungnya membeli kuda
Dapat dipacu berulang alik
Ada untungnya berbini janda
Dapat berguru yang pelik-pelik
Bagaimana rusa tidak mengamuk
Kijang menyombong menampar dada
Bagaimana dara tidak merajuk
Bujang sekampung mengejar janda
Bagaimana unta tidakkan pening
Tupai meranda dipinang balam
Bagaimana mata tidakkan juling
Mengintai janda siang dan malam
Ada untungnya membeli kuda
Dapat dipacu berulang alik
Ada untungnya berbini janda
Dapat berguru yang pelik-pelik
Catuk bukan sebarang catuk
Catuk ayam menang berlaga
Duduk bukan sebarang duduk
Duduk diam mengenang janda
Daripada manggis eloklah mangga
Karena mangga rasanya enak
Daripada gadis eloklah janda
Karena janda ilmunya banyak
Jerat dipasang sekali habis
Bila tak habis senjalah hari
Niat memang mencari gadis
Tak ada gadis jandapun jadi
Lubuk Bakung teluk negeri
Di sana Buaya banyak bersarang
Menengok Lutung jadi menteri
Banyaklah janda mabuk kepayang
Mengapa main berlalai-lalai
Karena hari menjelang senja
Mengapa kain terburai-burai
Karena lakinya pulang ke janda
Perahu Cina membawa rempah
Jalannya miring dipukul ombak
Rindu kan janda sudah menikah
Badan meranting kepala botak
Perahu Bugis bermuatan lada
Terlanda pukat berhenti dulu
Dituju gadis yang dapat janda
Janda dapat dijadikan guru
Pisau belati baru diasah
Untuk senjata menembuk dinding
Risau hati malu bertambah
Menengok janda duduk bersanding
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit pandak bertuang baja
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit hendak mengulang janda
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu kepala gajah
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit merayu jandanya nikah
Sejak beruk menampar kuda
Ternak yang lain menjadi kacau
Sejak datuk mengejar janda
Banyaklah datin membeli pisau
Susahlah hati anak merpati
Nampak kuda meminum darah
Susahlah hati hendak berlaki
Awaklah janda sebelum nikah
Tali kail sangkut ke kail
Dilempar masuk ke tempat kuda
Hati kecil lutut menggigil
Mendengar datuk memikat janda
Tali bendera berwarna kuning
Tanda daulat serta kuasa
Hati gembira duduk bersanding
Tahunya dapat janda tua
Untuk apa membeli renda
Untuk meperindah sulaman
Untuk apa berbini janda
Untuk menambah pengalaman
Uncang kecil isi sedikit
Membayar lada manakan sampai
Tulang menggigil lari terbirit
Dikejar janda di depan ramai
Usang bukan sebarang usang
Usang mangkuk gunanya sama
Pulang bukan sebarang pulang
Pulang menengok janda lama
Walau banyak cawan dijual
Harga murah cepat larisnya
Walau banyak kawan berbual
Bersua janda cepat larinya
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil orang mengantar tanda
Degil bukan sebarang degil
Degil miang mengejar janda
Wakil udang kepada belida
Wakil belida kepada buntal
Degil bujang karena janda
Degil janda karena gatal
Waktu pagi orang merenda
Merenda kain untuk selendang
Malulah hati memandang janda
Janda lah kawin awak membujang
Waktu pagi kabut pun reda
Hendak bersampan laut berombak
Mau berhenti takut ke janda
Hendak berjalan lutut lah bengkak
Waktu sehari terasa lama
Ditinggal sedang mabuk kepayang
Malulah hati bersua janda
Sesalpun datang bukan kepalang
Waktu menteri berjaja jagung
Orang menangis mengurut dada
Pilulah hati dara sekampung
Bujangnya habis disikat janda
Yakin dihati yakinlah umat
Niat tak habis pada yang luhur
Lain dicari lain yang dapat
Tak dapat gadis jandapun syukur
Yang bertanda biar bertanda
Untung tanda dapat dipegang
Orang menjanda biar menjanda
Untung janda mendapat bujang
Yang wangi bunga
Yang busuk tahi
Yang dicari janda
Yang dipeluk bini
Yang direndang bilis
Yang masak lada
Yang dipinang gadis
Yang terbawak janda
Yang diminta bilis
Yang dapat lada
Yang dicinta gadis
Yang dapat janda
Yang ada sudah dihimbau
Niat berdoa menolak bala
Orang duda suka mengigau
Teringat janda ditalak tiga
Api siapa di pondok itu
Apinya janda tengah menugal
Laki siapa yang bungkuk itu
Sudah tua gila menggatal
Agustus 4, 2008
Bagaimana tempua tidakkan palak
Mendengar kera terkentut-kentut
Bagaimana telinga tidakkan pekak
Mendengar mertua merungut-rungut
Elok mengutip buah cempedak
Baunya wangi rasapun segar
Eloklah nasib mertua pekak
Menantu mengeji ia tak sadar
Elok hari bawa berburu
Dengan berburu banyaklah daging
Eloklah hati mertua bisu
Dengan menantu tidak menengking
Elok hari bawa berunding
Jangan menunggu bala meletus
Eloklah hati mertua sumbing
Dengan menantu tertawa terus
Karena kera hendak menikah
Banyak lembu merebus daging
Karena mertua tamak serakah
Banyak menantu kurus kering
Lama duduk tentulah lapar
Hendak makan nasi tak masak
Mertua beruk menantu ular
Anak dimakan bini digasak
Mati semut mati terhimpit
Ditimpa batang pecahlah perut
Laki kedekut bininya pelit
Mertua datang muka berkerut
Perahu layar membawa limau
Belum berhenti sebelum senja
Malu besar mukapun hijau
Mencium bini tercium mertua
Makan pengat sekali duduk
Hendak bertambah terasa kenyang
Badan penat bini merajuk
Hendak marah mertua garang
Perahu Banjar berlayar malam
Disana sini berjaja gula
Malu besar mukapun lebam
Meraba bini teraba mertua
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit berhulu berukir naga
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit malu disindir mertua
Sudahlah kaki tidak dibasuh
Kepalanya pula diberak burung
Sudahlah laki tidak senonoh
Mertuanya pula berbuat serong
Sudahlah periuk tidak berisi
Terbuang pula isi belanga
Sudahlah teruk digasak bini
Ditendang pula oleh mertua
Tengah menampi padi ladang
Datang tempua bersama gagak
Tengah menanti kekasih datang
Datang mertua membawa kapak
Tumbuh betung ditepi paya
Walaupun lebat mudah ditebang
Sungguh untung lelaki kaya
Walaupun jahat mertua sayang
Sudahlah kaki tidak dibasuh
Kepalanya pula diberak burung
Sudahlah laki tidak senonoh
Mertuanya pula berbuat serong
Ulat bukan sebarang ulat
Ulat sutera gunanya banyak
Umpat bukan sebarang umpat
Diumpat mertua telinga pekak
Walaupun perahu mulai lapuk
Karena berguna dijaga orang
Walau menantu bagaikan beruk
Karena kaya mertuanya sayang
Wangi sekali minyak jelantah
Enak digoreng bersama kerak
Laki bini tegak berbantah
Anak kencing mertua teberak
Wangi sekali minyak nilam
Gunanya untuk bahan ramuan
Laki bini hendak bertikam
Mertua sibuk mencarikan kafan
Waktu makan orangpun pulang
Minum kopi minum bersama
Malunya bukan alang kepalang
Mencium bini tercium mertua
Waktu hujan awanpun gelap
Suntuk langkah dadapun kemak
Mau berjalan badan berkurap
Duduk di rumah mertua galak
Waktu menteri berdagang kacip
Para pembesar berjaja pinang
Pilulah hati mengenang nasib
Mertua pengasar lakinya garang
Yang gadis suka berbedak
Bedak menambah bersih wajahnya
Orang bengis suka membentak
Terbentak mertua putih mukanya
Zaman silam zaman beradat
Kini adat dilupakan orang
Siang malam fikiran tumpat
Bini lah berat mertua pulang
Zaman dahulu hidup tenteram
Sanak saudara beramah tamah
Badan lesu tak tidur malam
Dibentak mertua celana basah
Zaman purba lamalah sudah
Beribu tahun sudah berlalu
Tangan meraba meleleh ludah
Mau mencium mertua lalu
Bagaimana semut tidak membalas
Beruk menimpa kera mengancam
Bagaimana perut tidakkan mulas
Menengok mertua bermuka masam


Agustus 4, 2008
Ada malangnya membeli gula
Gula lekas dikerumuni semut
Ada malangnya berlaki tua
Bekerja keras nafaspun sempot
Ada malangnya membeli itik
Dipagar luas susah menetas
Ada malangnya berlaki pendek
Dikejar di atas di bawah lepas
Dari kapal meniti batang
Salah bawa jatuh berdebuk
Laki gatal binipun miang
Mertua gila anakpun mabuk
Mengapa kaki jadi melepuh
Kaki terinjak kebara panas
Mengapa laki lari menjauh
Bininya galak mertua ganas
Ada untungnya membeli suluh
Dapat menjadi penyuluh rumah
Ada untungnya berlaki lumpuh
Diumpat bini selalu mengalah
Ada untungnya membeli terung
Walau direndam tidakkan tengit
Ada untungnya berlaki ompong
Walau geram tak dapat menggigit
Mengapa jalan menjadi miring
Karena kakinya sebelah bengkak
Mengapa badan jadi meranting
Karena lakinya suka merangkak
Mengapa main berlalai-lalai
Karena hari menjelang senja
Mengapa kain terburai-burai
Karena lakinya pulang ke janda
Mengapa hari tak mau terang
Kabut tebal setiap paginya
Mengapa laki tak mau pulang
Takut disambal oleh bininya
Ada untungnya membeli gula
Sekali rasa bagaikan madu
Ada untungnya berlaki tua
Bini dimanja tidur dipangku
Bagaimana kumbang tidakkan risau
Bunga di tanjung mati semua
Bagaimana bujang tidak merantau
Dara di kampung berlaki tua
Bagaimana babi tidak mengaruk
Hutan tumbang dilapah badak
Bagaimana laki tidak merajuk
Jangankan ditimang disapa tidak
Bagaimana khatib takkan marah
Hari jumat pergi berburu
Bagaimana aib takkan terdedah
Laki jahat bini pencemburu
Bukan buah sebarang buah
Buah kemiri pelezat sayur
Bukan tua sebarang tua
Tua lelaki urat tak kendur
Celik bukan sebarang celik
Celik hati mengaji tahu
Cerdik bukan sebarang cerdik
Cerdik laki berbini baru
Dari laut pergi ke darat
Jalan lecah masuk ke lumpur
Laki pencarut bini pengumpat
Pinggan pecah mangkuk bertabur
Hari gelap hatipun risau
Duduk diam masuk kelambu
Laki berkurap bini berpanau
Siang malam duduk bergaru
Hari cerah mencari manggis
Hari buruk bawa berundur
Laki pemarah bini pembengis
Berhenti beramuk ketika tidur
Hari panas pergi ke hutan
Terlanda semut duduk meracau
Laki pemalas bini penyegan
Tangga berlumut periuk berlangau
Hari buruk berhenti mencari
Hendak berbual tiada pandai
Laki pemabuk bini penjudi
Anak terjual rumah tergadai
Hari petang nasi ditanak
Duduk bersama bersenang-senang
Laki pemberang bini pembengak
Periuk belanga terbang melayang
Hiruk pikuk Kucing di dapur
Berebut panggang dengan tikus
Awak lah bungkuk matapun kabur
Berlaki bujang cepatlah mampus
Mengapa kakinya menjadi bengkok
Terpijak jarum bengkak jadinya
Mengapa bininya menjadi mabuk
Tak tahan mencium ketiak lakinya
Nyaman sungguh orang menumbuk
Dapat padi muka berminyak
Badan berpeluh tulangpun remuk
Dapat laki berselera badak
Perahu Arab berjaja malau
Singgah ke Daik membeli lada
Bahu berkurap dada berpanau
Nasibnya baik berlaki buta
Piring kaca tercampak hancur
Tidak hancur pastilah remuk
Pening kepala tak nyenyak tidur
Hendak tidur laki merajuk
Sabit bukan sebarang sabit
Sabit dapat pengganti pisau
Sakit bukan sebarang sakit
Sakit melihat laki merayau
Sarang bukan sebarang sarang
Sarang berisi anak merbah
Sayang bukan sebarang sayang
Sayang ke laki anak mengalah
Jauh berjalan payahlah kaki
Penatlah betis letak anggota
Jodoh idaman sudah berlaki
Hendak menangis awak lah tua
Sungguh beruntung membeli kolek
Dapat berkayuh ke sana sini
Sungguh beruntung lelaki pendek
Dapat berteduh di dada bini
Tumbuh betung ditepi pantai
Pantainya tempat berburu tidak
Sungguh untung laki bermisai
Misainya dapat menyapu ketiak
Tumbuh betung di tepi tasik
Kalau tasik banyak buntalnya
Sungguh untung berlaki pendek
Walau pendek banyak akalnya
Tumbuh betung di tepi kolam
Kolamnya elok airnya bening
Sungguh untung berlaki hitam
Hitamnya elok menjaga maling
Tumbuh betung di tepi pagar
Di tepi pagar kain terhampai
Sungguh untung laki penyabar
Laki penyabar mainnya usai
Tumbuh betung di tepi sumur
Di tepi sumur kera tak nampak
Sungguh untung laki penidur
Laki penidur kerja tak banyak
Tumbuh betung di tepi parit
Di tepi parit menjadi semak
Sungguh untung berlaki pelit
Laki pelit tak susah memasak
Tumbuh betung berdiri lurus
Batang lurus senang dikerat
Sungguh untung berlaki kurus
Orang kurus senang memanjat
Tumbuh betung ditepi paya
Walaupun lebat mudah ditebang
Sungguh untung lelaki kaya
Walaupun jahat mertua sayang
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumbuh betung di tepi belat
Hendak ditebang sukar diganti
Sungguh untuk laki berpangkat
Banyak orang mengantar upeti
Tumpuh talang di tepi bukit
Kalau rebah semua tercabutp
Sungguh malang berlaki buncit
Kalau menimpa nyawa ke buntut
Tumbuh betung di tepi gubuk
Hendak ditebas dikait onak
Sungguh untung berlaki datuk
Kehendak lepas duitpun banyak
Untuk apa pergi petang
Supaya pulang subuh-subuh
Untuk apa berlaki bujang
Supaya senang disuruh-suruh
Untuk apa membeli kuda
Kaki kuda pandai melompat
Untuk apa berlaki tua
Laki tua pandai memanjat
Untuk apa mencari manggis
Untuk dimakan isinya sedap
Untuk apa membeli keris
Untuk menjaga laki menyelap
Ujung tiang berbaji dua
Satu di atas satu di bawah
Untung malang berlaki tua
Layu di atas layu di bawah
Ujung tiang diikat besi
Supaya tidak dimakan rayap
Untung malang mendapat laki
Telinga pekak badan berkurap
Ubah bukan sebarang ubah
Merubah kaji dalamkan ilmu
Upah bukan sebarang upah
Mengupah laki dalam kelambu
Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun laki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi
Wangilah bunga sedap malam
Banyak kumbang ikut menyeri
Laki lah tua merayap malam
Hendak ditendang takut mati
Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
Hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding
Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam berjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras
Yakin membeli takkan merugi
Begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu
Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga
Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya
Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya
Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja
Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya
Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah
Bagaimana main hendak selesai
Beruk menari makin menggila
Bagaimana kain tidak terburai
Menengok laki bermain muda
Api siapa di ladang itu
Api orang memeram labu
Laki siapa yang miang itu
Pagi petang dalam kelambu
Waktu menteri berjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua
Walaupun unta sudah mabuk
Diusik babi minum juga
Walaupun mata sudah kantuk
Direngek laki bangun juga
Ujung bukan sebarang ujung
Ujung belati dapat dicabut
Untung bukan sebarang untung
Untung berlaki dapat selimut
Untuk apa berpagar rapat
Supaya tidak dimasuki babi
Untuk apa belajar silat
Supaya tidak dibodohi laki
Tumbuh talang menjadi rebung
Diberak kucing tiada berguna
Sungguh malang berlaki bingung
Diajak berunding mulut menganga
Tumbuh betung di tepi rakit
Walaupun bengkok dicari orang
Sungguh untung lelaki berduit
Walau lah bungkuk bininya sayang
Tumbuh betung di tepi paya
Tepi bersemak payapun luas
Sungguh untung lelaki kaya
Bini banyak selerapun lepas
Tumbuh betung di tepi busut
Busut dapat jadi peranginan
Sungguh untung berlaki burut
Burutnya dapat jadi mainan
Sungguh bertuah kuali tembuk
Banyak diisi takkan melimpah
Sungguh bertuah berlaki gemuk
Diajak berkelahi tegakpun susah
Tali ayam sangkut berbelit
Sangkut ke pagar kendur talinya
Hari malam perut melilit
Takut mendengar dengkur lakinya
Tali kekang jatuh ke tanah
Larilah kuda lintang pukang
Hati bimbang peluh menyimbah
Lakinya sudah main belakang
Jalan darat membawa pupuk
Terpijak telur kaki berkubang
Badan penat mata mengantuk
Hendak tidur laki meradang
Lalat buta terbangnya pagi
Makan benalu sampai kenyang
Beratlah mata memandang laki
Badan berbulu bagai siamang
Sayang Pak Tua mulutnya ompong
Hendak mengunyah gusi berdarah
Sayanglah dara perutnya gembung
Hendak berlaki kan serba salah


Agustus 4, 2008
Bagaimana jala tidakkan koyak
Tali pengikat kena ke ranting
Bagaimana kepala tidakkan botak
Bini empat semuanya bunting
Bagaimana keladi tidakkan gatal
Diberak semut pagi dan petang
Bagaimana gigi tidakkan tanggal
Awak pencarut bini peradang
Bagaimana padi tidakkan rebah
Dipijak kambing bersama badak
Bagaimana bini tidakkan marah
Dia bunting awak merangkak
Ada untungnya membeli badik
Dipegang saja orang lah takut
Ada untungnya berbini cantik
Dipandang saja kenyanglah perut
Ada malangnya membeli badik
Bila majal manfaatnya kurang
Ada malangnya berbini cantik
Bila ditinggal dipanjat orang
Ada untungnya membeli pasu
Pecahnya tidak sulit diganti
Ada untungnya berbini bisu
Marahnya tidak memaki-maki
Ada malangnya membeli pasu
Bila sumbing disimpan saja
Ada malangnya berbini bisu
Bila berunding tangan meraba
Ada untungnya membeli tepak
Dapat diisi sirih dan pinang
Ada untungnya berbini pekak
Diumpat laki dia bertenang
Ada untungnya membeli pelita
Hari gelap dinyalakan sumbu
Ada untungnya berbini buta
Laki berkurap dia tak tahu
Ada untungnya membeli lada
Dibuat sambal memanglah lezat
Ada untungnya berbini muda
Dibuat bantal hilanglah penat
Bagaimana lutung takkan berang
Babi mengejek kera mencerca
Bagaimana hidung takkan kembang
Bini cantik mertuapun kaya
Bagaimana lutung takkan berang
Kera memijak babi menginjak
Bagaimana hidung takkan kembang
Harta banyak binipun banyak
Bagaimana lutung takkan berang
Anak beruk mencuri manggis
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak lah bungkuk berbini gadis
Bagaimana lutung takkan berang
Lebah menderu babi meluru
Bagaimana hidung takkan kembang
Rumah baru binipun baru
Agustus 4, 2008
Anak buntal tergapai-gapai
Bila pasang berhanyut-hanyut
Awak bebal memandai-mandai
Ditanya orang terkentut-kentut
Anak tiung barukan besar
Mencoba terbang campak ke tanah
Awak bingung mengaku pintar
Ditanya orang pesaknya basah
Anak kancil diluru tupai
Lumpuh kaki jalan merangkak
Awak degil mengaku lebai
Disuruh mengaji nafaspun sesak
Anak cercap jatuh ke kali
Dibawa arus mati terbuntang
Awak gagap disuruh mengaji
Membaca sebaris haripun petang
Anak lembu duduk menangis
Ditendang kambing campak kelumpur
Awak bisu duduk di majelis
Orang berunding awak mendengkur
Anak kuda tegak meringkik
Kaki belakangnya kena bisul
Awak buta berlagak celik
Tahi dipegang dikira dodol
Anak tempua baru keluar
Disengat lebah meracau-racau
Awak lah tua nafsu berkobar
Melihat betina tergagau-gagau
Bagaimana lutung takkan berang
Hendak ke hilir ditahan kera
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak pandir dijadikan ketua
Bagaimana lutung takkan berang
Anak ditinggal jatuh berdebin
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak bebal menjadi pemimpin


Agustus 4, 2008
Hilir berderap mudik berderap
Patah galah haluan perahu
Bini berkurap laki berkurap
Penat tangan kaki menggaru
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh di dekat limau tungga
Elok berbini orang sumbing
Biar marah tertawa juga
Kalau sulit merendam pekasam
Rendamlah daun buah selasih
Kalau kulit hitam legam
Direndam setahun takkan putih
Kalau mulut tidak bergigi
usah lagi membeli petai
kalau kentut di muka kadhi
Nikah tak jadi saksi saksi terkulai
Anak tikus merayap dinding
Dikejar musang terlonjak-lonjak
Awak kurus cakap melenting
Ditampar orang terberak-berak
Anak beruk bermain tempurung
Kena pukang kepala pun pening
Awak gemuk berkain sarung
Disangka orang betina bunting
Kalaulah beruk bermain gasing
Kepala bengkak ditampar tupai
Sudahlah duduk kain tersingsing
Dibawa tegak celana terburai
Sudahlah jalan putus dihadap
Tak mau pula memakai perahu
Sudahlah badan penuh berkurap
Tak mau pula memakai baju
Agustus 4, 2008
Tanam padi dalam hutan
Sudah ditanam ditunggui
Kesal hati ayam jantan
Padi terjemur ditunggui
Kerukut kampung serani
Ambil tangga buat titian
Hati takut jadi berani
Melihat janda bagai perawan
Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya masin
Pagi hari memasak bubur
Takut masam ditambah gula
Laki bini tidak bertegur
Mulut diam tangan meraba
Anak buntal terkapai-kapai
Dibawa pasang hanyut ke laut
Awak bebal memandai-mandai
Ditanya orang terkentut-kentut
Karena jaring ditahan ungka
Banyak siamang tak dapat rezeki
Karena bersaing dengan yang tua
Banyaklah bujang tak dapat bini
Sejak belatuk pergi kawin
Siang malam bayan meradang
Sejak beruk jadi pemimpin
Halal haram dimakan orang
Jalan-jalan ke Kampung Dalam
Singgah-menyinggah di pagar orang
Pura-pura mencari ayam
Ekor mata ke anak ora